Kegiatan Karnval dalam rangka menyabut HUT Republik Indonesia yang ke 67 yang jatuh pada tanggal 17 agustus 1945. Di kabupaten Biak Numfor (Papua) tidak hanya karnaval HUT RI di meriahkan juga dengan Drum Band setiap Jenjang Pendidikan.
Pada Kegiatan karnaval itu di tampilkan semua aspek kehidupan seperti aspek kesehatan, pendidikan,sosial,adat dan budaya.
KEGIATAN KARNAVAL BIAK NUMFOR (PAPUA)
06.57 |
Read User's Comments(0)
“Balada Sang Oemar Bakri Diujung Timur Negeri Pulau Karang Biak Papua
15.19 |
Melihat
jauh ke depan, membuka mata apa yang harus diberikan untuk negeriku ,hanya
jiwaku ini dan sedikit ilmu yang saya miliki, kata seorang wanita yang bernama
Dorcas Rumansara dari keluarga yang sangat sederhana, keturunan asli Biak
Numfor (Papua), lahir tanggal 21 November 1968, setiap harinya orang menyapa
dengan sebutan Ibu Do. Selama 18 tahun hidupnya di dedikasikan untuk mendidik
generasi Biak sebagai guru honorer di sekolah yang ada di biak. Beliau
menggeluti profesinya setelah tamat pendidikan guru DII. Usia beliau saat itu 26
tahun, karena melihat di daerahnya kekurangan guru sehingga hati nuraninya
tergugah untuk mengabdikan dirinya sebagai guru honorer selama 2 tahun di salah
satu Sekolah Negeri di Biak yaitu SMP
Negeri 1 Biak Timur.
Pada tahun 1996 sampai
tahun 2004 setelah honor di SMP Negeri 1 biak Timur beliau pindah ke Sekolah Yayasan
Pendidikan Islam (YAPIS) Samofa dengan alasan di sekolah sebelumnya sudah
memenuhi kapasitas guru yang di butuhkan. Beliau tidak pernah mengeluh walaupun
dengan gaji yang diterima sangat minim dan setiap satu kali setahun.
Sebagai manusia yang
ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya, beliau juga ingin mengubah nasib menjadi Pegawai Negeri
Sipil (PNS). Tetapi, apalah daya
pada tahun 1996-1998 terjadi
krisis moneter sehingga tidak ada penerimaan PNS. Ketika Pemerintah Negara
Indonesia kembali melaksanakan penerimaan PNS, beliau mengalami kendala dengan
pendidikan terakhir yang dimilikinya sebagai lulusan pendidikan DII dan yang dibutuhkan
adalah seorang sarjana. Beliau ingin sekali melanjutkan pendidikan untuk menambah
ilmu dan memperoleh gelar sarjana tetapi belum memiliki uang yang cukup sampai beliau
mendapat rejeki dan dapat melanjutkan pendidikan dan mendapat gelar sarjana
pada tahun 2010. Ketika itu umur beliau sudah 42 tahun untuk masa pendaftaran
PNS sudah melewati batas umur yang ditentukan hanya sampai 35 tahun. Beliau
tidak terlalu memikirkan itu yang jelas tetap mampu membagi ilmu yang beliau
peroleh dari hasil melanjutkan pendidikannya.
Mengabdikan diri untuk
negerinya mendidik dengan sepenuh hati walaupun belum berstatus sebagai seorang
PNS.Kata beliau “apapun yang kita miliki sekarang kita harus syukuri, Tuhan bersama
anak-anaknya”.
Usia
beliau sekarang 44 tahun, beliau mengisi hidupnya dengan tetap menjadi seorang
guru honor dan sekarang di SMP YPK RUT Yenures. Pengabdiannya di sekolah tersebut sudah 9
tahun, gaji yang diterima sering terlambat tetapi beliau terus bersabar dengan
hati yang ikhlas menunggu hingga pemerintah membuka mata, telinga betul-betul
memperhatikan nasib guru seperti beliau. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari dengan berjualan kue sehari-hari di kantin sekolah.
Mendidik
seorang anak bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan apalagi menghadapi anak-anak
yang berbeda karakter sangat memerlukan kesabaran dan keihklasan dari hati.
Senyum simpul selalu melekat disetiap langkah beliau, selalu menebarkan cinta
membuat anak-anak disekolah sangat dekat dengan beliau, keakraban yang terjalin
hangat penuh suka cita. Mendidik siswa disekolah sama saja dengan mendidik
anaknya sendiri, beliau berharap agar mereka kelak dapat menjadi seorang yang
mampu mengangkat nama baik dirinya sendiri, keluarga, bangsa dan negaranya.
Pribadi ibu dari satu
anak ini sangat ramah dan bersahaja, semangat yang luar biasa yang beliau
tanamkan pada dirinya sangatlah patut untuk dicontoh, mengabdikan diri sampai 18
tahun bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan banyak halangan dan rintangan
yang dialami. Tapi pikirnya selalu setiap masalah yang dihadapi bukanlah suatu
hal yang sulit dipecahkan tuhan selalu bersama kita. Pernah saat harus menerima
yang menjadi haknya tetapi belum beliau terima,kadang tanggung jawab yang
seharusnya dikerjakan oleh guru tetap (PNS) sepenuhnya di serahkan oleh guru
honor tanpa adanya belas kasih yang di berikan.
Kondisi yang dimiliki
oleh wanita setengah baya itu sudah tak sekuat ketika umurnya 20-an tahun
sehingga pekerjaan sampingan berjualan kue itu dihentikan. Tetapi untuk
mendidik, beliau masih saja kuat. Beliau bersyukur tuhan senantiasa memberikan
kekuatan .
Kehidupan
sederhana dan kesempatan menjadi guru honor patut beliau syukuri, manusia bisa
saja bangga dengan status yang mereka milik. Tapi, apakah itu membedakan status mereka
dimata tuhan. Jelas tidak, karena yang membedakan manusia dengan manusia yang lain
adalah amal ibadah yang mereka lakukan, kehidupan ini di bagi menjadi dua jalan
yaitu jalan kebaikan dan jalan keburukan. Pengabdian yang beliau lakukan adalah
suatu jalan menuju kebaikan. Beliau bangga dengan status yang dimilikinya
sekarang menjadi guru honor sedikit bisa memberikan hal yang terbaik dengan
orang sekitar, beliau tidak melihat apa yang ia terima tetapi kepuasan ketika
beliau mampu memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan. Pelik rasa yang
beliau alami kadang beliau dianggap rendah dengan status yang beliau miliki,
apa beda dari guru tetap, hanya gaji yang diterima tanggungjawab yang harus
diembannya sama, sebagai pendidik. Guru yang seharusnya membina, mendidik,
membimbing, melatih anak didik kearah yang lebih baik. Dan yang menjadi
motivasi dari beliau “jiwanya sudah sebagai guru, mencerdaskan putra-putri
daerah dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya” ujarnya saat diwawancara.
Sebuah pesan yang
sangat bermakna, mendalam terucap dari bibir beliau untuk generasi penerusnya,
belajarlah dengan giat walaupun berada
jauh di ujung negeri tapi kita mempunyai kesempatan yang sama untuk berkembang
memajukan negeri ini menjadi lebih baik terutama daerah kita papua.
Pemerintah selain memperhatikan
pembangunan daerahnya juga seharusnya memperhatikan nasib guru honor yang rela
mengabdikan diri bertahun-tahun mereka dengan keterbatasan perhatian yang
diterima. Pembangunan suatu daerah akan maju bergantung dari sumber daya
manusia yang dimilikinya. Maka, dibutuhkanlah seorang pendidik yang tidak hanya
memikirkan materi tetapi keikhlasan hati inilah
sekelumit cerita nasib salah satu Oemar Bakri di ujung timur negeri ini pulau karang biak numfor.
Langganan:
Postingan (Atom)